Routing Protocol
Selasa, 25 November 2008
Routing Overview
Routing terbagi atas tiga macam:
* Static route. Pada Static route, entri-entri pada routing table diisikan secara manual. Jika menggunakan router pc yang running Windows, perintahnya adalah:
route add
Static route hanya dipakai untuk jaringan kecil, penggunaan static route memiliki kelebihan di antaranya tidak mengkonsumsi resource cpu router (karena keputusan routing hanyalah berlandaskan pada isi dari routing table), tidak memerlukan bandwidth jaringan yang besar, mengingat router tidak mengirimkan paket broadcast/multicast ke router tetangganya. Hanya saja karena pengisian entri routing tablenya dilakukan manual, rawan akan human-error pada saat mengetikkan entri-entrinya.
* Dynamic route. Pada dynamic route, entri-entri pada routing table di router dibangun sendiri oleh router-router yang berpartisipasi dalam network tertentu yang menggunakan routing protocol yang sama. Cara ini dipakai jika jaringan kita lumayan memiliki banyak subnetwork, dimana jika digunakan cara static route tidak efisien bagi administrator jaringan dalam melakukan konfigurasi dan maintenance router.
* Default route. Default route ini pada dasarnya merupakan static route yang memiliki alamat unik, yaitu alamat yang mewakili seluruh jaringan. Secara umum alamat ini adalah 0.0.0.0 dengan subnet mask 255.255.255.255.
Routing Protocol adalah protocol yang digunakan dalam dynamic routing. Secara umum, dynamic routing protocol terbagi atas tiga kategori:
1. Distance Vector. Distance vector berarti bahwa routing protocol ini dalam menetapkan jalur terbaik (the best path) hanya melibatkan jumlah hop saja (hop count) untuk me-route paket data dari satu alamat network ke alamat network tujuan. Routing protocol ini tidak bisa menganalisis bandwidth. Yang tergolong kategori ini antara lain RIPv1, RIPv2, dan IGRP (Interior Gateway Routing Protocol). Secara umum, yang tergolong dalam kategori ini adalah routing protocol klasik.
2. Link-state. Link-state merupakan routing protocol yang lebih modern dibanding distance vector. Routing protocol ini selain melibatkan hop count juga melibatkan kapasitas bandwidth jaringan, serta parameter-parameter lain dalam menentukan the best path-nya dalam aktivitas routing. Contohnya adalah Open Shortest Path First (OSPF).
3. Hybrid. Kategori ini hadir setelah Cisco System membuat routing protocol EIGRP (Enhanced Interior Gateway Routing Protocol) yang merupakan pengembangan dari IGRP klasik yang bersifat open standar. EIGRP cisco ini bersifat proprietary, hanya akan berfungsi optimal jika seluruh device router yang digunakan bermerk cisco. Kategori ini diklaim memiliki kelebihan yang ada baik pada Distance Vector dan juga Link-State.
Batasan kajian pada artikel ini hanyalah pada dynamic route saja, itupun hanya membahas Routing Information Protocol (RIP) saja.
Routing Protocol RIP Overview
RIP merupakan distance vector routing protocol dengan karakteristik sebagai berikut:
* Menggunakan Protocol UDP port 520.
* Classless protocol (support for CIDR). Info ttg CIDR bisa dilihat di sini
* Supports VLSMs.
* Metric merupakan router hop count.
* Maximum hop count adalah 15; infinite (unreachable) routes memiliki metric of 16.
* Periodic route updates sent every 30 seconds to multicast address 224.0.0.9.
* 25 routes per RIP message (24 if you use authentication).
* Supports authentication.
* Implements split horizon with poison reverse.
* Implements triggered updates.
* Subnet mask included in route entry.
* Administrative distance for RIPv2 is 120.
* Used in small, flat networks or at the edge of larger networks.
Router -router pada jaringan RIP membangun routing tablenya berdasarkan pertukaran informasi melalui pengiriman paket update pada tiap selang waktu tertentu (periodic update). Hasil dari pertukaran informasi ini oleh tiap-tiap router dilakukan kalkulasi untuk menetapkan jalur terbaik (the best path) dari suatu alamat network yang mengirimkan paket data ke network tujuan.
Definisi beberapa terminologi penting:
* Periodic Update : selang waktu paket update yang dikirim secara broadcast oleh suatu router ke router tetangganya.
* Default Invalid Timer: lamanya waktu sejak suatu router tidak pernah mengirimkan paket update hingga dinyatakan invalid dalam routing table di router tetangganya. Namun informasinya belum dihapus.
* Holddown Timer : Adalah lamanya waktu dimana informasi yang invalid masih disimpan oleh suatu router hingga suatu router dinyatakan valid kembali.
* Flush Timer : Waktu yang diperlukan ketika suatu router menghapus informasi tentang router tetangganya dari routing tablenya sejak dinyatakan invalid.
0 komentar: to “ Routing Protocol ”
Posting Komentar